Mendiang pendiri sekaligus pemimpin jaringan Al-Qaidah, Osama bin Laden.
Dia tewas oleh operasi Navy SEAL di lokasi persembunyiannya, Kota
Abbottabad, Pakistan, 1 Mei 2011.
"Dia telah meninggal, tidak bergerak. Lidahnya keluar. Saya menyaksikan
dia mengambil napas terakhir," kata seorang anggota pasukan elite
Angkatan Laut Amerika Serikat, Navy SEAL. Dia mengaku menembak mati
pendiri sekaligus pemimpin jaringan Al-Qaidah, Usamah bin Muhammad bin
Awad Bin Ladin.
Kesaksian itu bakal dimuat di majalah the Esquire edisi bulan depan.
"Saat menyaksikan dia mengembuskan napas terakhir, saya berpikir apakah
ini hal terbaik atau terburuk pernah saya lakukan," ujarnya seperti yang
Cyber4rt kutip dari laman Merdeka.com, Selasa (12/2).
Bin Ladin, 54 tahun, tewas di lokasi persembunyiannya di Kota
Abbottabad, Pakistan, awal Mei dua tahun lalu. Kematiannya melegakan
Washington DC setelah perburuan selama satu dekade. Sayangnya, sampai
kini, Gedung Putih masih merahasiakan bagaimana peristiwa terbunuhnya
lelaki Arab Saudi keturunan Yaman itu. Amerika cuma mengumumkan jenazah
Bin Ladin ditenggelamkan di sebelah utara Laut Arab.
Demi keamanan keluarganya, pembunuh Bin Ladin itu tidak diungkap
identitasnya. Anggota Tim Enam SEAL ini hanya diberi nama sandi
penembak. Ayah dua anak ini secara rinci mengungkapkan saat-saat
terakhir Bin Ladin dalam kamar tidurnya di lantai tiga sebuah rumah
bersama istri termudanya, Amal.
Agen dinas rahasia luar negeri Amerika (CIA), Maya, menyampaikan
keberadaan Bin Ladin itu. "Kami telah mendapatkan dia," tutur agen
perempuan itu kepada Tim Enam. Ini benar-benar dia, saya yakin karena
saya mengejar dia sepanjang karier saya."
Dengan persenjataan lengkap dan helm dilengkap kaca mata buat
penglihatan malam, Tim Enam bergegas mencari kamar tidur Bin Ladin. Sang
Penembak berhasil menemukan sasaran di kamar tidurnya. Dia terkejut
karena Bin Ladin jauh lebih tinggi ketimbang sangkaannya. Dia tampak
kurus dengan kepala botak dan jenggot pendek. Dia memeluk Amal dari
belakang sebagai perisai.
Sang Penembak mengira Amal bakal meledakkan diri. Bin ladin juga bisa
ancaman lantaran pistol berada dalam jangkauannya. "Saya harus menembak
kepalanya sehingga dia tidak punya kesempatan meledakkan diri."
Dalam hitungan detik, saat Bin ladin bersama istrinya maju, anggota Tim
Enam ini dua kali menembak kening Bin ladin. Buronan nomor wahid Amerika
ini tersungkur ke lantai, tepat di depan ranjangnya. Sang Penembak
menembak sekali lagi di tempat yang sama. Tiga luka tembak itu membentuk
huruf V. Isi otak Bin Ladin berceceran di lantai. Bin Ladin menemui
ajal dalam seperempat menit.
Putra Bin Ladin masih kecil menyaksikan kejadian itu. "Dia menjerit
histeris seraya menangis," ucapnya. Sang Penembak lantas menggendong
anak yatim itu dan diserahkan kepada ibunya.
Kabar mengejutkan ini segera tersbear luas. Tim Enam disambut bak
pahlawan setelah melenyapkan pria diyakini sebagai teroris paling
menakutkan sejagat itu. Sayang, puja dan puji itu tidak sejalan dengan
nasib mereka secara materi.
Dia keluar dari SEAL tanpa pensiun, jamianan kesehatan, perlindungan
buat dia dan keluarga. perkawinannya juga hancur. Akhir karier Sang
Penembak selama 16 tahun di SEAL tidak kalah tragis dengan Bin Ladin. [fas]
0 komentar :
Speak up your mind
Budayakan Komen Setelah Membaca
Tell us what you're thinking... !