Selama ini saya selalu cuek dengan struk belanjaan. Boro-boro mau
disimpan, dibaca ulang aja jarang banget. Biasanya setelah menerima
struk belanja dari kasir, langsung saya masukkan ke tong sampah yang ada
didekat situ. Atau saya simpan dalam dompet beserta uang kembalian
untuk kemudian dibuang juga tanpa diperhatikan lagi. Bahkan seringkali
struk belanja tersebut tidak saya ambil, percaya saja semuanya ke kasir.
Tetapi pengalaman teman saya beberapa hari lalu membuat saya harus
berfikir ulang untuk lebih memperhatikan struk belanja
Malam tanggal 24 februari 2013 kemarin, teman saya, Dr. Fatima Zahra (biasa dipanggil dokter Ima), belanja di salah satu minimarket INDOMARET di Pagar Alam (beralamat di jalan gunung, deretan wm. dunsanak). Saat ia hendak membayar, mbak kasir bilang total belanjanya 29.000 rupiah. Ia pun membayar sejumlah uang yang disebutkan oleh kasir. Setelah melakukan pembayaran, mbak kasir tersebut tidak memberikannya struk belanja. Mungkin selama ini toh banyak sekali orang yang belanja tanpa mengambil struk, dipikirnya. Tetapi karena Dr. Ima ngotot minta struk, akhirnya dengan agak keberatan, struk pun diberikan oleh kasir. and you know what? ternyata nilai belanja yang tertera di struk adalah Rp 27.400. heuheuheu hari yang apes bagi si kasir. Dr Ima masih sempat balik badan dan bertanya ke kasir “sebenernya berapa mbak ? 29ribu atau 27.400 ?”. Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut kasir, ia hanya terus menunduk, lalu mengambil lagi uang kembalian dan memberikannya tanpa ada kontak mata. Uang tersebut diterima oleh Dr Ima sebesar Rp 1.500 ( 1 pecahan seribu, 2 pecahan 200, dan 1pecahan 100). Karena emosi ia tak sempat lagi menghitung uang yang diberikan *note; Indomaret masih berhutang 100 rupiah*.
Perkara semacam ini memang hanya uang kecil, tetapi tetap ini termasuk penipuan. Jika semua konsumen mengalami nasib yang sama, tentu ini akan berubah menjadi uang besar. Agar tidak terjadi lagi hal serupa, maka konsumen lah yang mesti lebih peduli serta berhati-hati. btw, Kejadian ini memang tak lantas menuduh manajemen Indomaretnya curang, karena bisa saja modus penipuan tersebut hanya akal-akalan si kasir (oknum).
Dan sebagai korban penipuan, teman saya Dr Ima bisa bertanggungjawab dengan kejadian ini (termasuk dipublikasikannya pengalaman ini di eaSy Blog), yang jelas ini bukan hoax. Struk belanja dan juga uang kembalian masih disimpannya rapi. Dan sekali lagi, bukan soal nominal yang dipermasalahkan, tetapi kecurangan-kecurangan yang tidak berkelas seperti ini harus distop, jangan sampai dibiarkan berkembang menjadi ladang penghasilan mereka.
Malam tanggal 24 februari 2013 kemarin, teman saya, Dr. Fatima Zahra (biasa dipanggil dokter Ima), belanja di salah satu minimarket INDOMARET di Pagar Alam (beralamat di jalan gunung, deretan wm. dunsanak). Saat ia hendak membayar, mbak kasir bilang total belanjanya 29.000 rupiah. Ia pun membayar sejumlah uang yang disebutkan oleh kasir. Setelah melakukan pembayaran, mbak kasir tersebut tidak memberikannya struk belanja. Mungkin selama ini toh banyak sekali orang yang belanja tanpa mengambil struk, dipikirnya. Tetapi karena Dr. Ima ngotot minta struk, akhirnya dengan agak keberatan, struk pun diberikan oleh kasir. and you know what? ternyata nilai belanja yang tertera di struk adalah Rp 27.400. heuheuheu hari yang apes bagi si kasir. Dr Ima masih sempat balik badan dan bertanya ke kasir “sebenernya berapa mbak ? 29ribu atau 27.400 ?”. Namun tidak ada jawaban yang keluar dari mulut kasir, ia hanya terus menunduk, lalu mengambil lagi uang kembalian dan memberikannya tanpa ada kontak mata. Uang tersebut diterima oleh Dr Ima sebesar Rp 1.500 ( 1 pecahan seribu, 2 pecahan 200, dan 1pecahan 100). Karena emosi ia tak sempat lagi menghitung uang yang diberikan *note; Indomaret masih berhutang 100 rupiah*.
Perkara semacam ini memang hanya uang kecil, tetapi tetap ini termasuk penipuan. Jika semua konsumen mengalami nasib yang sama, tentu ini akan berubah menjadi uang besar. Agar tidak terjadi lagi hal serupa, maka konsumen lah yang mesti lebih peduli serta berhati-hati. btw, Kejadian ini memang tak lantas menuduh manajemen Indomaretnya curang, karena bisa saja modus penipuan tersebut hanya akal-akalan si kasir (oknum).
Dan sebagai korban penipuan, teman saya Dr Ima bisa bertanggungjawab dengan kejadian ini (termasuk dipublikasikannya pengalaman ini di eaSy Blog), yang jelas ini bukan hoax. Struk belanja dan juga uang kembalian masih disimpannya rapi. Dan sekali lagi, bukan soal nominal yang dipermasalahkan, tetapi kecurangan-kecurangan yang tidak berkelas seperti ini harus distop, jangan sampai dibiarkan berkembang menjadi ladang penghasilan mereka.
0 komentar :
Speak up your mind
Budayakan Komen Setelah Membaca
Tell us what you're thinking... !